Wednesday, October 31, 2012

MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA



MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA

Desa, Ujung Tombak Pembangunan Nasional
Pelaksanaan Kegiatan Nasional yang diselenggarakan Direktorat Jenderal PMD, Kementerian Dalam Negeri seperti, Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM), Lomba Desa dan Kelurahan, Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG-PKK), dan Gelar Teknologi Tepat Guna (Gelar TTG) dapat dijadikan ajang pertemuan bagi para aparat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota sebagai media untuk saling, tukar pengalaman dalam pelaksanaan berbagai program serta kebijakan.
          Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal PMD, Drs. Ayip Muflich, SH,MS.i dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sekditjen PMD, Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si, dalam Rapat Kerja Teknis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Rakernis PMD) Tahun 2011, di Pontianak. Rakernis PMD ini diselenggarakan di sela-sela kegiatan Peringatan Gerakan Nasional Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat VIII (BBRGM) dan Hari Kesatuan Gerak PKK Ke- 39.
          Diharapkan, pertemuan tersebut menghasilkan suatu gambaran tentang permasalahan di daerah serta solusi yang dapat diambil untuk mengatasi  permasalahan tersebut. “Pemetaan terhadap berbagai isu-isu strategis serta solusi yang dihasilkan agar menjadi salah satu tolak ukur kita dalam merencanakan program dan kegiatan untuk tahun anggaran 2012 sehingga kebijakan yang dihasilkan oleh daerah dapat mendukung pemerintah dalam menanggulangi permasalahan nasional,” jelas Ayip.
          Menurut Dirjen,bahwa ujung tombak pembangunan nasional adalah pembangunan di tingkat pedesaan. Kebijakan ini kiranya dapatlah dipahami, mengingat dari sekitar 234,2 juta penduduk Indonesia, sekitar 14,15 % adalah penduduk miskin, dan mereka umumnya tinggal di perdesaan dan daerah kumuh perkotaan. “Untuk itu perlu kiranya kita duduk bersama dalam pertemuan ini untuk melakukan pemetaan terhadap berbagai permasalahan dan isu-isu strategis yang dapat kita angkat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di wilayah  masing-masing,” kata dia.
          Dalam Rakernis PMD yang dipimpin Sekditjen, Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si, bertanya ke beberapa peserta yang berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, apakah ada diantara para peserta yang hadir menginginkan agar provinsinya dijadikan kegiatan akbar BBRGM pada tahun 2012. Zubaidi pun dengan bijak menampung beberapa usulan yang menurut pendapatnya untuk melakukan kegiatan nasional tidak hanya melibat perorangan tetapi melibatkan banyak pihak dengan berbagai pertimbangan. Bahkan ketika ada peserta yang usul agar kegiatan tersebut diselenggarakan di Papua, Zubaidi berpendapat tidak semudah itu menyelenggarakan kegiatan nasional di sana, “Yang paling utama jadual penerbangan ke sana sangat terbatas, begitu juga sarana dan prasarana yang ada, “kata dia.
          Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Ditjen PMD, Drs. Nuryanto, MPA meminta kepada para peserta Rakernis PMD untuk mencermati makna penting dari kegiatan BBRGM yang senantiasa dihadiri oleh presiden RI. “Ada kajian politis bahwa nilai-nilai dan makna yang besar bagi bangsa jangan hanya terlihat pada bulan mei. Bulan Mei mewarnai 11 bulan lainnya bahwa semangat gotong royong ada di setiap bulan, “kata Nuryanto.
          Nuryanto meminta hendaknya kegiatan nasional BBRGM tidak sekedar seremonial semata, tetapi bermanfaat bagi masyarakat,” Kedepan kita wujudkan semangat gotong royong lebih ditingkatkan,”kata dia. Dalam Rakernis PMD ada beberapa point yang dibahas oleh para peserta diantaranya tentang BumDesa dan pasar desa, BBRGM dan HKG PKK  lomba desa/kelurahan, Gelar TTG dan Anugerah Si Kompak.
 Terbatas SDM
            Kasubdit pengkreditan dan Simpan Pinjam, Direktorat Usaha Ekonomi Masyarakat, Anang Sudiana,SE,MM, mengungkapkan, BumDesa dinilai kurang banyak. Hal ini disebabkan, terbatasnya SDM. “SDM yang mengelola BumDesa masih lemah karena kurangnya mengikuti Bintek. Seandainya sudah mengikuti Bintek, kerap dimutasi akibatnya menghambat perkembangan keberadaan  BumDesa,”kata anang yang berharap agar sosialisasi BumDesa dilaksanakan berulang-ulang sehingga mendorong desa untuk membentuk BumDesa. Menurut dia, masalah lain yang menyebabkan BumDesa kurang berkembang karena keuangan daerah yang terbatas. Daerah tidak memprioritaskan pembentukan BumDesa, “Untuk itu kemitraan dengan pemilik modal sangatlah dibutuhkan.
          Ia menambahkan, selain masalah BumDesa masalah lain adalah tentang pasar desa. Saat ini pasar desa dibanjiri pasar modern. Ini disebabkan lemahnya pengawasan, karena diperlukan proteksi keberpihakan pasar desa. Selain itu, terbatasnya dana untuk pembangunan pasar desa, provinsi juga kesulitan membangun pasar desa yang nyaman.
          “Masih adanya pengelolaan pasar desa oleh kabupaten, kepemilikan asset tidak jelas. Padahal bila diserahkan ke desa bisa dikelola dengan bagus karena dilaksanakan oleh desa itu sendiri,”kata dia seraya menambahkan, pengurusan pasar desa masih bersifat tradisional.Sehingga perlu diadakan Bintek,”.
          Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Drs. Nuryanto, MPA menuturkan permasalahan-permasalahan yang kerap dialami dalam kegiatan BBRGM diantaranya banyak daerah belum menganggarkan kegiatan BBRGM. Belum libatkan SKPD lain, masih ada aparat PMD belum paham ke-PMDan sehingga perlu sosialisasi BBRGM.
     Sedangkan Direktur Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Dr.Ir. Sapto Supono,M.Si, mengatakan agar pelaksanaan BBRGM dan HKG PKK tetap disatukan dengan alternatif  waktu awal Mei untuk pencanangan tingkat nasional dan akhir Mei untuk acara puncak di tingkat provinsi,”Pada acara puncak BBRGM dan HKG PKK diusulkan pula pemberian penghargaan kepada Pemda berprestasi,”katanya. (Liefyany)

 
Kota, Masyarakat kota dan pembangunan kota
             Masyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang dicita-citakan . Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa .
Masyarakat kota terkadang memikirkan kegengsian yang sangat tinggi, karena mereka ingin memiliki sesuatu tanpa melihat apa yang sesuai ia miliki, sedang untuk masalah solidaritas, kota terkadang memikirkan individu mereka saja. Pemikiran yang berbeda dengan desa, pergaulan dikota yang sangat rawan bisa dikatakan sangat bebas, dan banyak ditemukan di  banyak daerah,
Pembangunan Wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya sumber daya manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok untuk diselesaikan dan pemikiran yang sempit bahwa dengan mengadu nasib di kota maka kehidupan menjadi bahagia dan sejahtera menjadi masalah serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus mengalirnya investasi dari kota dan juga menerapkan otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling mendukung dalam segala aspek kehidupan.


Opini :
Untuk melaksanakan pembangunan yang baik diperlukan pemuda yang tangguh yang mempunyai semangat yang besar.
Kriteria yang dapat mempengaruhi kualitas bangsa adalah:
1.    Jumlah penduduk.
2.    Potensi ekonomi wilayah.
3.    Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi pendidikan, kesehatan, produktivitas olah raga dan kretivitas.
4.    Pertumbuhan ekonomi.
5.    Stabilitas
Jika bangsa Indonesia ini sudah memenuhi lima kriteria diatas mudah-mudahan akan segera terwujud pembangunan yang dicita-citakan.

Monday, October 29, 2012

PERAN PEMUDA SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN DI INDONESIA



PERAN PEMUDA SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN DI INDONESIA 
“PEMUDA, AGEN PERUBAHAN MASA DEPAN BANGSA”

Pemuda merupakan harapan suatu bangsa. Masa depan bangsa ada dipundak mereka. Mereka adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. Namun lihatlah di sekitar kita sekarang. Banyak pemuda yang merana. Kehilangan gairah. Ada yang tak sadar merusak diri dan masa depannya. Bahkan ada yang rela menjadi sampah bagi masyarakat. Hidup dalam kerasnya kehidupan dan keremangan malam.
Dengan berbagai peluang yang tersedia untuk melakukan perubahan, haruskah kita masih bertumpah darah untuk mewujudkan perubahan di Indonesia? Apa yang kita inginkan adalah hal yang lebih baik, bukan melakukan hal yang sama tanpa ada perbaikan itu sendiri. Hasil dari tidak adanya perubahan lebih baik adalah kerugian. Celakanya lagi jika apa yang kita lakukan membawa dampak lebih buruk.
Maka dari itu, kini pemuda memiliki kesempatan dan lapangan masing-masing dalam melakukan perubahan. Lakukanlah hal yang kecil, namun memberikan dampak besar terhadap perubahan yang lebih baik! Banyak pemuda melakukan aksi mereka, baik yang telah terekspos hingga dapat menggaet penghargaan-penghargaan, maupun yang bekerja dibalik rimba hutan yang terpinggirkan dari perkotaan tapi dampak mereka dirasakan khalayak ramai.
Seringkali kita selalu meyalahkan dan terpaku pada pemerintah jika ada permasalahan dalam negeri. Sadarilah, bukan hanya pemerintah yang wajib menanggung segudang masalah di Indonesia. Semua rakyat Indonesia berkewajiban untuk saling bahu-membahu. Merangkul sesama. Kita dilahirkan bukan untuk menyejahterahkan , menenteramkan diri sendiri. Tapi juga untuk sesama.
Marilah kita saling rangkul merangkul, dimana pun , siapapun, dan berapapun. Intinya , kita peduli dan nyata menolong. Mulailah semua dari diri kita sendiri. Jangan selalu menunggu orang lain, apalagi hanya bisa menyalahkan orang lain. Jangan menunggu peran pemerintah. Jadikan kita lah sebagai aktor perubahan.


 Opini :
Pemuda adalah orang-orang yang akan mengambil alih negara ini di masa depan. Mereka harus membuka mata mereka bahwa perbedaan tidak harus menjadi penghalang untuk membuat perdamaian di dunia ini. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa Pemuda adalah Agen of Change. Ini adalah nyata, karena pemuda adalah generasi yang bisa membawa bangsa ini ke kondisi yang lebih baik, dalam setiap aspek. Sebagai bagian dari generasi muda, membuat perubahan dalam cara berpikir kita adalah semacam kewajiban. Kami harus mengatur pikiran kita bahwa ada manfaat banyak jika kita bisa menerima dan menghargai perbedaan di antara kita.
Mengambil bagian dalam salah satu LSM di komunitas kami hanya satu cara juta untuk menjadi agen perubahan aku mengambilnya sebagai contoh karena itu adalah sesuatu yang sederhana dan layak untuk dilakukan.. Kami selalu bisa mulai dari sesuatu yang kecil untuk mendapatkan suntikan besar.

PERAN KELUARGA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA



PERAN KELUARGA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA

Peran Fungsi Keluarga dalam Membangun Moral Bangsa

Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan setiap karakter individu. Karakter merupakan kunci bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga, pendidikan karakter sejak usia dini merupakan hal yang penting.
            Berbagai masalah yang dihadapi di negara kita salah satunya diakibatkan oleh adanya krisis karakter  para pejabat negara. Misalnya saja kasus korupsi. Tidak hanya masalah pejabat negara dengan kasus korupsinya saja, namun juga masalah generasi muda bangsa yang nampaknya sudah jauh dari perilaku baik. Sebut saja tauran antar pelajar, sex pra nikah atau bahkan hal terkecil seperti menyontek, berlaku tidak sopan dengan teman, orang tua maupun guru dan berbicara tidak baik.
Padahal semestinya masalah tersebut tidak akan terjadi jika keluarga melakukan fungsinya dengan benar. Semakin hari, dapat terlihat bahwa hancurnya nilai luhur yang terkandung dalam keluarga. Fungsi keluarga menurut Effendi 1998  khususnya fungsi psikologis adalah memberikan perhatian diantara anggota keluarga, memberikan pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. Fungsi pendidikan yaitu salah satunya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam kehidupan dewasa, serta fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak. Sebenarnya, bila keluarga melakukan fungsinya dengan baik, maka semua masalah yang terkait dengan krisis karakter akan terselesaikan.
Namun, keluarga seringkali melewatkan begitu saja fase kritis dalam pembentukan sikap moral anak. Kadangkala orang tua tidak memikirkan bagaimana perkembangan moral anaknya sehingga tidak terlalu fokus dalam membentuk karakter anak agar menjadi seorang pribadi yang berkualitas di masa yang akan datang.        
Dengan tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, komunikasi antar anggota keluarga terkadang sangat sulit dilakukan. Dengan kesibukan orang tua yang bekerja, seringkali keluarga hanyalah tempat untuk menginap saja. Tidak ada pendidikan dan sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sekarang,  juga banyak kasus perceraian yang dapat berdampak buruk terhadap anak. Anak broken home rentan sekali terbawa arus negatif pergaulan, apalagi anak tersebut adalah anak remaja.

Media, khususnya media televisi juga dapat menyumbang dampak negatif dalam pengembangan karakter individu. Sebagian besar pasti setiap keluarga mempunyai televisi di rumahnya. Sehingga dampak yang diberikan oleh media siaran ini bisa cukup besar. Sekarang ini, sulit sekali menemukan tayangan-tayangan yang bermanfaat khususnya tayangan untuk anak. Terkadang, tayangan untuk anak tersebut sebenarnya tidak cocok bila ditonton oleh anak kecil. Bila tidak ada perhatian orang tua secara khusus terhadap hal ini, anak pun dapat terkena dampak yang negatif.
Penanaman spiritual pada anak sejak dini juga penting dalam membangun karakternya. Misalnya saja, anak diajarkan mengaji atau diberiahu tentang aturan-aturan agama dan mulai belajar menerapkannya. Agar, saat ia remaja atau dewasa, sudah ada pengetahuan dan tertanam dalam dirinya perilaku apa saja yang baik dan benar. Sehingga orang tua tidak akan khawatir bila anaknya jauh dari mereka karena pribadinya sudah terbentuk sikap yang baik. Seperti menurut Ratna Megawangi, bahwa dalam pembentukan karakter,   ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kemudian, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Misalnya anak tidak mau berbohong karena berbohong itu hal yang buruk . Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya.
Oleh karena itu, pembangunan karakter tidak dapat terlepas dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar individu tersebut. Keluarga merupakan hal yang terpenting, karena keluarga ibarat akar yang menentukan akan menjadi apa dan bagaimana seorang individu tersebut.  Bila keluarga menjalankan fungsinya dengan baik, maka individu-individu yang dilahirkan akan mempunyai moral dan karakter yang baik sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Bukan tidak mungkin bila negara kita dapat terlepas dari berbagai masalah krisis moral  karena disusun oleh masyarakat yang mempunyai keluarga yang berfungsi dengan baik


 OPINI :
Ssaya pikir unit keluarga, dalam arti yang paling evolusi adalah sebuah kelompok yang dibentuk untuk menjaga anggota keluarga melalui kekerabatan yang terikat hubungan. Mungkin kita hanya membuat emosi seperti cinta dan kesetiaan untuk obligasi kita lebih tegas kepada orang-orang yang kita istilahkan "bibi, paman, ibu, dan, ayah" sehingga kita dapat mencapai keberhasilan materi lebih mudah. Jika kita concieve keluarga dalam istilah-istilah yang dingin, maka kita mulai melihat bahwa unit keluarga yang kuat memberikan kontribusi untuk tujuan kapitalistik perbaikan diri dan self-promosi, terutama jika kita memperpanjang pengertian diri untuk keluarga kami sebagai sebuah konsep.
Jika cinta dan kesetiaan dan rasa hormat adalah nyata, dan kita benar-benar tidak memiliki ikatan dengan keluarga kita, maka kita harus melihat masyarakat dalam cahaya hangat. Jika masyarakat terdiri dari keluarga yang bertukar barang dan mengejar tujuan, maka unit keluarga priviliged untuk menggabungkan usahanya dengan anggotanya untuk melakukan budaya layanan altruistik. Aku akan meninggalkan pikiran saya di sini, tapi saya akan mendorong pembaca untuk berpikir tentang bagaimana definisi yang terakhir membawa "definisi keluarga." Di sini kita melihat konservatif membuat Hullaballoo tersebut selama ke

Tuesday, October 9, 2012

tawuran



Orang tua almarhum Alawy Yusianto Ibu Endang Puji (tengah) menyaksikan prosesi pemakaman anaknya Alawy Yusianto di pemakaman Poncol, Pudurenan, Tangerang, Banten, Selasa (25/9). ANTARA/M Agung Rajasa
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Alawy Yusianto Putra, 15 tahun, pelajar kelas X SMA 6 Jakarta yang jadi korban tawuran dengan SMA 70 meninggalkan duka yang mendalam. Putra pasangan Tauri-Hesti ini dikebumikan pada Selasa, 25 September 2012 di Pemakaman Umum Poncol, Ciledug, Kota Tangerang. (Baca: Tangis di Pemakaman Alawy, Korban Tawuran SMA 6)
Wali kelas X, Besti Dwihari, mengatakan Alawy jago dalam pelajaran fisika. Bahkan, sebelum ajal menjemputnya, ia meraih angka tertinggi dalam ulangan fisika di sekolah. "Dia mendapat nilai 100," kata Besti dengan mata berkaca-kaca di rumah duka.
Besti melanjutkan ceritanya. Ia mengenal muridnya itu sebagai anak yang gemar bercanda. Berkat kehadiran Alawy, suasana kelas pelajaran fisika yang dianggap "momok" itu menjadi lebih cair.
Dina, kawannya mengenal Alawy sebagai remaja yang suka ngeband di sekolahnya. Selain itu, Alawy juga anak yang ceria. "Ya, kehilangan banget," katanya.
Kepala SMA 6, Kadarwati, yang hadir di antara pelayat juga mengakui sangat kehilangan anak yang berprestasi tersebut.
Tawuran antara siswa pelajar SMA 6 dan SMA 70 pecah di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan pada pukul 12.20 pada Senin, 24 September 2012. Korban tewas satu orang, yaitu Alawy, siswa kelas X SMA 6, yang tinggal di Larangan, Ciledug Indah. Dia mendapat luka tusuk di bagian dada. Alawy sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan, tapi meninggal tak lama sesampainya di sana.
Polisi menemukan sebuah celurit di lokasi yang diduga sebagai alat untuk menewaskan korban. Aparat kepolisian masih mengulik data dari sekolah untuk mengungkapkan kasus ini.
Sumber : www.tempo.com
            Tawuran kerap kali terjadi akhir-akhir ini. Tawuranpun terjadi tidak hanya dikalangan pelajar dan mahasiswa saja, bahkan terkadang masyarakat umum pun sering terjadi bentrok. Terkadang tawuran terjadi bukan karena hanya ada masalah-masalah yang besar saja, namun terkadang karena kekurangannya tempat untuk mengekspresikan diri. Adapun masalah yang terjadi terkadang hanya karena masalah pacar maupun saingan. Sikap anarkis yang terdapat dalam diri pelajar tersebut teradang dapat timbul dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya tawuran seperti :
1.      Diadakan siraman rohani agar para siswa sadar akan TUHAN-nya
2.      Diadakan seminar dan penyuluhan bahaya tawuran
3.      Diadakan pemeriksaan terhadap murid-murid agar tidak membawa barang berbahaya
4.      Memberi motivasi terhadap pelajar yang melakukan kegiatan positif
5.      Orang tua harus diikut sertakan dalam membimbing anak-anaknya agar  dapat terkontrol dan terorganisir
6.      Dilarang menontong film yang mengandung kekerasan